Buah kasih kita telah tumbuh semakin besar. Tidak terasa hampir satu windu kita mengayuh biduk ini. Biduk yang tidak terlalu besar, namun cukup sederhana. Kesederhanaan sebagaimana kita rancang ketika kita akan memulai pelayaran waktu itu. Kita telah bersepakat untuk mengayuh sekuat tenaga kita bersama, dengan segala resiko apapun yang akan kita hadapi. Meski kalau kita putar waktu, seakan tidak masuk akal kita akan bersua dan memulai perjalanan bersama. Maha Besar Allah yang telah mempertemukan dan menjodohkan kita. Semoga saja ini adalah kekal sampai di kehidupan sesungguhnya kelak. Bukankah setiap yang berjodoh didunia dan ditakdirkan mempunyai nasib yang sama di akhirat kelak, akan berjodoh selamanya, dalam kekekalan. Anak-anak kita akan berkunjung setiap saat dalam kebahagiaan. Karena kita sudah bertekad, kita harus menjadi orangtua yang baik yang bisa menghantarkan mereka kedalam akhir yang baik pula kelak. Dengan begitu maka kita akan saling silaturahmi dengan saudara-saudara kita yang selalu menjaga diri dari keterpurukan didunia ini. Kita bisa bersilaturahmi dengan orang-orang yang pernah kita sakiti, dengan orang-orang pernah kita zholimi. Begitu pula kita bisa bercerita panjang dengan orang-orang yang pernah menzholimi kita, karena kita sudah memaafkan mereka.My Deary, abi minta maaf kalau sering meninggalkan kalian. Insya Allah kepercayaan yang Ummy titipkan akan selalu abi jaga, sampai kapanpun. Abi yakin meski kadang berjuang sendiri membesarkan anak-anak kita, ummy bisa diandalkan. Yang pasti cinta dan hati abi selalu untuk kalian karena Allah. Karena cinta yang didasari pengabdian kepadaNya tidaklah akan pudar selamanya. Dia akan abadi, abadi dalam keabadian. Cinta ini tidak kita bangun karena hawa nafsu belaka. Cinta ini adalah cinta yang sesungguhnya. Semoga kita bisa mempertahankannya sampai semuanya berakhir. Kita akan dikenang oleh anak-anak kita sebagai orangtua yang menakjubkan dan patut dibanggakan. Kita akan disebut-sebut oleh mereka, dimanapun mereka berada. Nama kita akan dibubuhkan setiap menuliskan nama mereka. Karena mereka bangga dengan kita. Oleh karena itu teruslah berusaha menjadi ibunda idola bagi jundi-jundi kita. Biarlah Abi yang berpeluh di luar sana, mencari untuk keberlangsungan kehidupan kita. Jangan pernah terbersit untuk keluar rumah mengais rezeki. Karena ini adalah tugas yang Allah gariskan bagi kaum adam. Mulai pintu pagar rumah kita, kamulah kemudinya. Abi akan ikut semua yang menjadi aturan dalam wilayah yang menjadi wewenangmu.
My Deary, mungkin saja suatu ketika abi melakukan kealpaan, abi mohon maaf yang setulus-tulusnya. Karena abi juga manusia, tempat dosa dan kesalahan. Maaf adalah kata yang sederhana untuk diungkapkan. Tetapi implementasinya tidaklah terlalu mudah. Sangat sulit kadang kita menerima kesalahan orang lain yang menyesakkan dada. Tetapi itulah sekalilagi, abi juga manusia. Terkadang bingung harus mengakui keterpurukan. Padahal, sudah jelas kita punya aturan main. Sekali lagi abi ucapkan terima kasih atas pengorbanannya selama ini, mendidik buah hati kita, mengikhlaskan diri demi tiga buah hati, padahal abi tau kamu cukup mampu untuk melakukan sesuatu diluarsana.
Apalagi 3 belahan jiwa kita itu, unik, lucu. Unik karena semakin tidak mirip wajah-wajah diantaranya. Itulah mungkin pelajaran dibalik, pernikahan dengan orang jauh. Melihat umar, seperti melihat aku masih kecil. Semakin besar semakin tidak ada beda. Keras tetapi agak pemalu. Melihat Hammam, abi seperti melihat almarhum Papa. Semuanya diambil. Cara dia berjalan, wajahnya, bahkan kriwulnya itu yang menggemaskan. Azzam, seakan dia ingin membuktikan keadilan pada kita. Semua ada. Air mukanya sulit untuk dicirikan, mengambil dominan darimana. Ach itukan cuma fisik. Yang utama adalah, mereka sehat dan tumbuh menjadi manusia-manusia yang sepadan dengan nama yang kita berikan. Nama-nama yang menunjukkan asa kita pada mereka kelak.
My Deary, ai lof yu forever......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar