Membaca tulisan seorang teman di fesbuk jadi sedih inget kalian Mi. Memang berat pastinya menjadi single parent. Apalagi kalau single parent yang sesungguhnya seperti yang kawan tadi alami. Yah...menjadi single parent yang sesungguhnya tentu bukan pilihan hidup yang mudah. Tetapi kalau tidak ada jalan lain, terkadang pilihan itu harus diambil, demi kebaikan bersama. Sebuah pernikahan yang sudah tidak dilandasi rasa cinta, saling menghargai satu sama lain adalah sebuah rumah tangga ibarat neraka. Jangankan ingin menemukan kebaikan-kebaikan dalam rumah tangga yang sedang dibangun, tetapi justeru dosa yang ditabung tiap hari. Kelembutan-kelembutan sebuah pernikahan sudah tidak ditemukan lagi, maka jalan terbaik dari semua itu adalah berpisah demi kebaikan bersama. Dengan harapan, masing-masing pihak bisa menemukan kebaikan-kebaikan kembali, apakah itu setelah dengan yang lain atau tetap sama-sama bersendiri.
Bagaimanapun dalam perkembangan anak-anak membutuhkan dua figur yang tidak bisa dipungkiri terkadang sangat bertolak-belakang yaitu figur Ayah dan figur Ibu. Bertolak belakang dalam pengertian positif tentu saja. Dari ayah anak-anak dapat meneladani ketegasan, tanggung-jawab, kepemimpinan, sifat melindungi, dsb. Dari sosok seorang ibu anak-anak dapat mengambil pelajaran tentang kelemahlembutan, empati, dsb. Maka apabila ada sosok yang hilang dalam perkembangan anak-anak menjadi dewasa, dimungkinkan ada sifat-sifat yang terlalu dominan bahkan yang lain bisa tidak ada sama sekali. Seorang ibu yang menjadi single parent misalnya, dipaksa pada satu saat harus bisa menampilkan sosok seorang ayah dengan ketegasannya. Terlalu sulit memang menjadi dua manusia sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Maka sebenarnya, dibayangkan pun jangan sampai, apalagi menjadi kenyataan yang namanya perceraian. Meskipun ada juga anak-anak korban brokenhome yang jauh lebih dewasa dalam menyikapi hidup. Setidaknya itu yang secara zhohir kita saksikan. Meskipun bisa kita bayangkan betapa berat jalan itu. Semua itu karena ego orang-tua.
Yang lebih tidak habis pikir, apabila sampai terjadi perpisahan seperti itu, anak-anak dibagi. Kayak barang aja. Mengerikan. Ya Allah…hindarkan kami berdua dari “malapetaka” seperti itu. Saya ingin melihat anak-anak kami tumbuh dewasa, melihat kesuksesan mereka, menimang cucu-cucu dari anak-anak kami itu.
Hamba ingin menyaksikan bersama umminya, umar, hammam, azzam tumbuh besar. Melihat mereka dalam remajanya. Kami berdua datang bersama ketika menyaksikan mereka lulus sekolah, diwisuda, menyaksikan mereka berbahagia dalam fase berikutnya yaitu masa-masa bahagia ketika mereka memutuskan mempersunting jodoh pilihan mereka Ya Allah. Ijinkanlah ya Allah….
Ananda Umar, Hammam, Azzam….
Kalian bertiga bagai matahari bagi Bi & Mi nak….
Kalian bertiga adalah motifator Bi dalam mencari ma’isyah yang halal
Kalian bertiga ibarat generator bagi perjuangan Bi bekerja, buahhati bi dan mi…
Alhamdulillah, Umar ku telah semakin besar, semakin tau harus bagaimana bila sudah berumur 7 tahun. Karena memang sudah diisyukan sejak dia masuk TK A. Alhamdulillah, begitu memasuki usia 7 tahun, dia sudah menjaga sholatnya. Lega sekali mendengar cerita ummimu. May rajin bi. Kalo sholat ke musholla sendirian. Bawa sepeda lagi. Hati-hati nak, kalau mau nyebrang. Apalagi pas pertigaan. Banyak orang ngebut. Umarku…mudah2an engkau bisa menjaga sholatmu sampai selamanya.
“bi lagi apa…?” suara Hammam di telpon. Lucu suaranya. Pengen gigit mulutnya yang udah super cerewet itu. “bi kapan pulang…?” hiks… iya le sabar ya. Bi insya Allah tanggal 20 pulang. Mau dibawain apa sayang…? “kue aja bi…ama buku cerita…” *Smile*.
Pengennya cerita aja. Kalau gak cerita gak mau tidur. Tapi kalo gak buat perjanjian : berapa cerita. Wah bisa-bisa gak ada berhentinya. Kehabisan ide kadang. “le…abis dua cerita, baca doa ya…?” “iyah…”. Dia udah ngerti kalau dah bilang doa, berarti gak boleh ngomong lagi. Yang berarti harus segera merem..hehehe…. Mamam…mamam…. nggemesin kamu itu.
Zazam…zazam…kalo inget, tambah stress bi le. Pengen segera pulang rasanya. Gak nahan dengan lucunya. Semakin menggemaskan. Senyummu meruntuhkan segala penat le… rontok semua suntuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar